Oleh: Harun Husein
Ya’juj dan Ma’juj terhubung dengan sebuah kota dan sebuah kaum.
“…Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Alquran) untuk menjelaskan segala sesuatu….” (QS an-Nahl: 89).
Siapakah Ya’juj dan Ma’juj yang dibendung Dzulqarnain dengan tembok besi? Apakah tembok itu sudah runtuh dan Ya’juj dan Ma’juj sudah terlepas ke dunia? Kalau benar sudah dilepaskan, siapa dan di mana mereka? Pertanyaan-pertanyaan tersebut, masih menjadi perdebatan hingga saat ini.
Topik ini memang masih sulit diurai, karena belum ada yang menemukan bukti-bukti arkeologis tembok Dzulqarnain. Sehingga, di mana lokasi tembok dibangun, tetap saja masih menjadi perdebatan. Alhasil, siapa Ya’juj dan Ma’juj atau Gog dan Magog, juga masih sulit diidentifikasi secara pasti.
Bahkan, ada yang menganggap Ya’juj dan Ma’juj masih terkurung di kedalaman bumi, dan mereka baru akan keluar menjelang kiamat. Ada pula yang berspekulasi bahwa Ya’juj dan Ma’juj sesungguhnya terkurung dalam tembok gaib, seolah tembok Dzulqarnain tak pernah eksis di atas bumi.
Selain itu, siapa Ya’juj dan Ma’juj, alam pikiran sebagian orang masih pula diselimuti dugaan-dugaan berbau fantasi. Bahwa mereka adalah monster-monster bertubuh besar, bertaring layaknya drakula, bertelinga panjang, dan lain sebagainya. Pendeknya, mereka bukan manusia, tapi makluk jejadian.
Dua sumber utama
Di tengah spekulasi yang tak kunjung selesai dikunyah-kunyah, itu, ahli asketologi Islam, Syekh Imran N Hosein, tampil memberi penjelasan yang argumentatif. Dia mengajak kembali melihat persoalan pelik tersebut berpedoman pada dua sumber utama dalam Islam, yaitu Alquran dan al-Hadis.
“Alquran adalah kitab yang menjelaskan segala sesuatu,” kata Imran, mengutip surah an-Nahl ayat (89), dalam bukunya An Islamic View of Gog and Magog in the Modern World.
Imran menegaskan Ya’juj dan Ma’juj adalah manusia biasa keturunan Nabi Adam. Bukan makhluk jadi-jadian seperti monster, jin, dan lain-lain. Itu didasar kannya pada hadis Nabi yang berbunyi: “Sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj adalah dari keturunan Adam.” (Kanzul Ummal, hadis nomor 2158).
Ya’juj dan Ma’juj terhubung dengan sebuah kota dan sebuah kaum.
“…Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Alquran) untuk menjelaskan segala sesuatu….” (QS an-Nahl: 89).
Siapakah Ya’juj dan Ma’juj yang dibendung Dzulqarnain dengan tembok besi? Apakah tembok itu sudah runtuh dan Ya’juj dan Ma’juj sudah terlepas ke dunia? Kalau benar sudah dilepaskan, siapa dan di mana mereka? Pertanyaan-pertanyaan tersebut, masih menjadi perdebatan hingga saat ini.
Topik ini memang masih sulit diurai, karena belum ada yang menemukan bukti-bukti arkeologis tembok Dzulqarnain. Sehingga, di mana lokasi tembok dibangun, tetap saja masih menjadi perdebatan. Alhasil, siapa Ya’juj dan Ma’juj atau Gog dan Magog, juga masih sulit diidentifikasi secara pasti.
Bahkan, ada yang menganggap Ya’juj dan Ma’juj masih terkurung di kedalaman bumi, dan mereka baru akan keluar menjelang kiamat. Ada pula yang berspekulasi bahwa Ya’juj dan Ma’juj sesungguhnya terkurung dalam tembok gaib, seolah tembok Dzulqarnain tak pernah eksis di atas bumi.
Selain itu, siapa Ya’juj dan Ma’juj, alam pikiran sebagian orang masih pula diselimuti dugaan-dugaan berbau fantasi. Bahwa mereka adalah monster-monster bertubuh besar, bertaring layaknya drakula, bertelinga panjang, dan lain sebagainya. Pendeknya, mereka bukan manusia, tapi makluk jejadian.
Dua sumber utama
Di tengah spekulasi yang tak kunjung selesai dikunyah-kunyah, itu, ahli asketologi Islam, Syekh Imran N Hosein, tampil memberi penjelasan yang argumentatif. Dia mengajak kembali melihat persoalan pelik tersebut berpedoman pada dua sumber utama dalam Islam, yaitu Alquran dan al-Hadis.
“Alquran adalah kitab yang menjelaskan segala sesuatu,” kata Imran, mengutip surah an-Nahl ayat (89), dalam bukunya An Islamic View of Gog and Magog in the Modern World.
Imran menegaskan Ya’juj dan Ma’juj adalah manusia biasa keturunan Nabi Adam. Bukan makhluk jadi-jadian seperti monster, jin, dan lain-lain. Itu didasar kannya pada hadis Nabi yang berbunyi: “Sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj adalah dari keturunan Adam.” (Kanzul Ummal, hadis nomor 2158).
Keterangan serupa bahwa Ya’juj dan Ma’juj adalah manusia biasa keturunan Nabi Adam, juga dijelaskan dalam hadis lain.
Dari Abu Said al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Pada hari pembalasan Allah akan meminta Adam mengeluarkan keturunannya untuk dimasukkan ke dalam neraka. Adam bertanya ‘Ya Tuhan, siapakah mereka?’ Allah berfirman ‘Sembilan ratus sembilan puluh sembilan ke neraka, satu ke surga.’
Mendengar itu, para sahabat menjadi khawatir dan bertanya ‘Wahai Rasulullah siapakah satu yang akan masuk ke surga?’ Nabi menjawab ‘Jangan berduka cita, sembilan ratus sembilan puluh sembilan adalah Ya’juj dan Ma’juj, sedangkan ka lian adalah satu yang masuk surga’.” (HR Bukhari-Muslim).
Lalu, kalau Ya’juj dan Ma’juj itu manusia biasa, siapakah mereka dan sudahkah mereka terlepas dari kungkungan tembok Dzulqarnain? Dalam Alquran, Imran Husein menjelaskan, Ya’juj dan Ma’juj disebut di dua tempat, yaitu surah al-Kahfi dan al-Anbiyaa.
Surah al-Kahf, selain mengisahkan Dzulqarnain yang membangun tembok besi, juga menyebut sifat Ya’juj dan Ma’juj, yaitu selalu melakukan perusakan (fasad). Sedangkan, surah al-Anbiyaa mengisahkan terlepasnya Ya’juj dan Ma’juj ke dunia. Kesimpulan tersebut diperoleh Imran setelah menerjemahkan dan menafsirkan kembali surah al-Anbiyaa ayat 95 dan 96, dengan lebih hati-hati.
Imran Husein menerjemahkan ayat tersebut sebagai berikut: “There is a ban on a town which we destroyed that they (the people of the town) can never return until Gog and Magog are released and they spread out in all directions.” (Terdapat larangan [diharamkan] pada sebuah kota yang telah kami binasakan bahwa mereka [kaum tersebut] akan pernah kembali sampai Ya’juj dan Ma’juj dilepaskan dan mereka menyebar ke segala penjuru.”
“Ya’juj dan Ma’juj terhubung dengan sebuah kota, dan terhubung dengan kaum tertentu,” simpul Imran.
Kota apa yang dimaksud oleh ayat itu? Untuk mencari penjelasannya, Imran mengaku memeriksa seluruh hadis tentang Ya’juj dan Ma’juj.
“Ada 58 hadis tentang Ya’juj dan Ma’juj dalam sembilan kitab hadis, tapi hanya satu kota yang disebutkan sehubungan dengan Ya’juj dan Ma’juj. Kota itu adalah Baitul Maqdis, atau Yerusalem,” tandas Imran. Sedangkan, kaum yang dimaksud oleh ayat tersebut, kata Imran, tak lain dan tak bukan, adalah “Kaum Yahudi”.
Tidak terlihatnya lagi tembok Dzulqarnain, meski teknologi modern bisa men-trace setiap jengkal permukaan bumi, menurut Imran, merupakan indikasi bahwa tembok tersebut telah lama runtuh. “Ya’juj dan Ma’juj sudah dilepaskan sejak zaman Nabi,” kata Imran.
Dari Abu Said al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Pada hari pembalasan Allah akan meminta Adam mengeluarkan keturunannya untuk dimasukkan ke dalam neraka. Adam bertanya ‘Ya Tuhan, siapakah mereka?’ Allah berfirman ‘Sembilan ratus sembilan puluh sembilan ke neraka, satu ke surga.’
Mendengar itu, para sahabat menjadi khawatir dan bertanya ‘Wahai Rasulullah siapakah satu yang akan masuk ke surga?’ Nabi menjawab ‘Jangan berduka cita, sembilan ratus sembilan puluh sembilan adalah Ya’juj dan Ma’juj, sedangkan ka lian adalah satu yang masuk surga’.” (HR Bukhari-Muslim).
Lalu, kalau Ya’juj dan Ma’juj itu manusia biasa, siapakah mereka dan sudahkah mereka terlepas dari kungkungan tembok Dzulqarnain? Dalam Alquran, Imran Husein menjelaskan, Ya’juj dan Ma’juj disebut di dua tempat, yaitu surah al-Kahfi dan al-Anbiyaa.
Surah al-Kahf, selain mengisahkan Dzulqarnain yang membangun tembok besi, juga menyebut sifat Ya’juj dan Ma’juj, yaitu selalu melakukan perusakan (fasad). Sedangkan, surah al-Anbiyaa mengisahkan terlepasnya Ya’juj dan Ma’juj ke dunia. Kesimpulan tersebut diperoleh Imran setelah menerjemahkan dan menafsirkan kembali surah al-Anbiyaa ayat 95 dan 96, dengan lebih hati-hati.
Imran Husein menerjemahkan ayat tersebut sebagai berikut: “There is a ban on a town which we destroyed that they (the people of the town) can never return until Gog and Magog are released and they spread out in all directions.” (Terdapat larangan [diharamkan] pada sebuah kota yang telah kami binasakan bahwa mereka [kaum tersebut] akan pernah kembali sampai Ya’juj dan Ma’juj dilepaskan dan mereka menyebar ke segala penjuru.”
“Ya’juj dan Ma’juj terhubung dengan sebuah kota, dan terhubung dengan kaum tertentu,” simpul Imran.
Kota apa yang dimaksud oleh ayat itu? Untuk mencari penjelasannya, Imran mengaku memeriksa seluruh hadis tentang Ya’juj dan Ma’juj.
“Ada 58 hadis tentang Ya’juj dan Ma’juj dalam sembilan kitab hadis, tapi hanya satu kota yang disebutkan sehubungan dengan Ya’juj dan Ma’juj. Kota itu adalah Baitul Maqdis, atau Yerusalem,” tandas Imran. Sedangkan, kaum yang dimaksud oleh ayat tersebut, kata Imran, tak lain dan tak bukan, adalah “Kaum Yahudi”.
Tidak terlihatnya lagi tembok Dzulqarnain, meski teknologi modern bisa men-trace setiap jengkal permukaan bumi, menurut Imran, merupakan indikasi bahwa tembok tersebut telah lama runtuh. “Ya’juj dan Ma’juj sudah dilepaskan sejak zaman Nabi,” kata Imran.
Jejak Ya'juj dan Ma'juj di Eropa
“Saya lebih baik menusukkan pedang ke tubuh saya daripada menyaksikan Palestina dicabut dari Daulah Islamiyah.”
Ya’juj
dan Ma’juj atau Gog dan Magog, bukanlah aktor yang populer. Kitab suci
berbagai agama, baik Islam, Kristen, maupun Yahudi, menggambarkan Ya’juj
dan Ma’juj secara buruk. Tapi, bukan berarti tak ada tempat yang nyaman
buat Ya’juj dan Ma’juj.
Kota London adalah tempat dimana Ya’juj
dan Ma’juj mendapat perlakuan yang lebih baik. Di jantung Inggris Raya,
itu, Ya’juj dan Ma’juj ditempatkan di gedung Guildhall. Sebuah bangunan
bersejarah yang pernah menjadi balai kota London selama beratus tahun.
Tapi,
kisah Ya’juj dan Ma’juj di gedung tersebut, juga berbeda versi dengan
kitab suci, baik Alquran, Injil, maupun Taurat. Ya’juj dan Ma’juj di
sana dikaitkan dengan sebuah legenda.
Konon, Brutus, raja Inggris
Raya yang merupakan keturunan pahlawan Troy, Aenes, berhasil
mengalahkan Ya’juj dan Ma’juj. Kemudian, merantai kedua raksasa setinggi
tujuh kaki itu di istananya, yang kini menjadi situs Guildhall.
Alhasil, kendati gambaran Alkitab tentang Ya’juj dan Ma’juj
adalah negatif, wali kota London tetap membawa patung Ya’juj dan Ma’juj
untuk diarak di acara Lord Mayor Show, sebuah seremoni tahunan yang
digelar sejak abad ke-16.
Patung Ya’juj dan Ma’juj tersebut
mulai dilibatkan dalam proses yang digelar pada Sabtu kedua setiap
November, itu, sejak era Raja Henry V. Bahkan, Ya’juj dan Ma’juj
diagungkan sebagai pelindung Kota London. Entah bagaimana sebenarnya
Ya’juj dan Ma’juj ini dalam masyarakat Inggris. Karena, semuanya serba
kontradiktif.
Masyarakatnya membaca Bibel yang menggambarkan
Ya’juj dan Ma’juj secara negatif, tapi legendanya menyebut Ya’juj dan
Ma’juj sebagai figur yang dikalahkan dan dirantai oleh Raja Inggris, dan
pada saat bersamaan dipuja sebagai pelindung Kota London tak ubahnya
figur santa.
Fakta tentang Ya’juj dan Ma’juj yang diarak dalam
parade tahunan di Kota London, tentu saja akan memancing reaksi. Salah
satunya nongol di Yahoo Answer. “Siapa Ya’juj dan Ma’juj dan
bagaimana mereka mempunyai hubungan dengan Inggris?” demikian salah satu
pertanyaan yang diajukan.
Karena pertanyaan itu bak dilemparkan
ke forum bebas, umumnya para penjawab justru mengutip Alquran, Injil,
dan Taurat. Maka, dimaki-makilah Ya’juj dan Ma’juj sebagai setan,
dan lain sebagainya. Tak ada jawaban pasti mengapa Ya’juj dan Ma’juj
berkaitan dengan Inggris, kecuali nukilan cerita-cerita dan legenda,
yang tentu saja sulit diverifikasi kesahihannya.
Tapi, apakah mungkin Ya’juj dan Ma’juj yang diarak keliling London
selama berbilang abad, ditempatkan di situs penting dan bersejarah,
diklaim sebagai pelindung Kota London, juga dipuja sebagai Champion of London,
hanya sebuah seremoni yang berdasarkan mitos dan legenda? Bagaimana
bila ternyata, simbol-simbol itu juga berkaitan dengan realitas?
Ahli
eskatologi Islam, Imran Hosein, setelah mengkaji surah al-Anbiya ayat
95-96, sampai pada kesimpulan bahwa Ya’juj dan Ma’juj-lah yang telah
membawa orang-orang Yahudi kembali ke Yerusalem, setelah Bani Israil
terusir dari Tanah Suci selama dua millennium. Dan, negara yang paling
banyak berperan dalam hal ini, tidak lain dan tidak bukan adalah
Inggris.
Gerakan kembali ke Tanah Suci untuk mendirikan Negara
Yahudi, mulai bergema pada 1800-an, menjelang keruntuhan Khilafah Turki
Usmani. Gerakan itu bernama Zionisme. Melihat kondisi ekonomi Khilafah
Usmani sedang goyah, pada 1901, salah satu pendiri Zionisme, Theodor
Herlz, mendatangi Istanbul, dengan niat menemui Sultan Abdul Hamid II.
Dia menawarkan membeli Palestina dengan harga 150 juta pound emas,
sehingga Usmani bisa membayar utang-utangnya.
Abdul Hamid II,
sultan terakhir Usmani, menolak menemui Herlz. Lewat salah seorang
menterinya, dia mengirim pesan yang berbunyi: “Katakan kepada Tuan Herlz
untuk tidak mengambil langkah lebih lanjut. Saya tidak bisa memberikan
sejengkal pun tanah yang bukan milik saya sendiri, tapi milik umat
Islam.”
“Untuk mendapatkan tanah itu, umat Islam berjuang
mengorbankan jiwa. Darah mereka tertumpah di atas tanah itu. Orang-orang
Yahudi silakan menyimpan uangnya. Jika suatu hari Khilafah Islamiyah
ini dihancurkan, maka mereka bisa mengambil Palestina tanpa perlu
membayar.”
“Tapi, selama saya masih hidup, saya lebih baik
menusukkan pedang ke tubuh saya daripada menyaksikan Tanah Palestina
dicabut dari Daulah Islamiyah. Ini tidak akan terjadi. Saya tidak akan
memulai memotongi tubuh kami, selama kami masih hidup.”
Riwayat
lain menyebutkan bahwa Sultan Abdul Hamid II juga berkata, “Meskipun
Anda memberikan emas sepenuh bumi, saya tidak akan menerimanya. Saya
telah melayani Millat Islamiyah dan ummat Muhammad lebih dari 30 tahun,
dan tidak akan membuat lembaran hitam untuk umat Islam, ayah saya, nenek
moyang saya, dan para sultan dan khalifah Usmani.”
Dua mileniumDi masa lalu, Yerusalem dua kali
dihancurkan. Bani Israil dua kali terusir dari Tanah Suci. Pengusiran
pertama terjadi saat Yerusalem diserang Nebukadnezar.
Saat itu,
Nebukadnezar dan pasukannya menyerang Kerajaan Yudea, menghancurkan
Haikal Sulaiman, menawan Bani Israil ke Babilonia, dan memperbudaknya.
Bani
Israil kembali ke Tanah Suci setelah Babilonia takluk di tangan Cyrus
Agung, pendiri Imperium Persia. Cyruslah yang membawa Bani Israil
kembali ke Tanah Suci, dan membangun kembali Haikal Sulaiman yang
dihancurkan Nebukadnezar.
Pengusiran kedua terjadi saat Romawi menguasai Yerusalem. Penguasa Romawi juga menghancurkan Haikal Sulaiman.
Dan, setelah pemberontakan Bar Kokhba yang gagal, penguasa Romawi
akhirnya bukan hanya membunuhi Bani Israil di Tanah Suci, tapi juga
mengusir, mengasingkan, dan memperbudak mereka ke luar Yerusalem. Dari
sinilah kisah diaspora Bani Israil bermula.
Alquran, khususnya
surah al-Israa (Bani Israil), tutur Imran, menjelaskan bahwa kedua
kejadian tersebut merupakan hukuman Tuhan (divine punishment). Selama
dua millennium, mereka berserak ke berbagai penjuru dunia.
“Allah
telah menempatkan penghalang di kota itu, mereka tidak akan pernah bisa
kembali untuk mengklaim kota itu sebagai milik mereka . ‘Anda boleh
kembali sebagai turis, tapi Anda tidak bisa mengklaimnya sebagai milik
Anda’, hingga Ya’juj dan Ma’juj telah dilepaskan."
"Dan, setelah Ya’juj dan Ma’juj dilepaskan, ingat mereka dilepaskan
seperti gelombang, mereka menyebar ke berbagai penjuru, menguasai dunia,
menjadi super power. Dan, dengan kekuasaannya atas dunia,
mereka membawa kembali kaum itu (Yahudi) ke kota itu (Yerusalem) untuk
mengklaimnya sebagai milik mereka,” jelas Imran.
Faktanya,
sekarang orang-orang Yahudi telah mengklaim kembali Tanah Suci, dan
telah mendirikan negara di sana, dengan mengusir orang-orang Palestina.
Maka,
Imran mengatakan tabir pun telah terkuak. Bahwa yang membawa orang
Yahudi ke Palestina itulah Ya’juj dan Ma’juj. Jadi, Imran menegaskan,
Ya’juj dan Ma’juj telah dilepaskan. Dan, “Ya’juj dan Ma’juj dilepaskan
di Eropa.”
Imran menambahkan, “Sebagian besar orang Yahudi yang
mendirikan negara Israel saat ini adalah orang Eropa yang menyamar
sebagai Yahudi. Sedangkan, Yahudi semit, adalah warga kelas dua di
Israel.” Sebagian besar Yahudi di dunia dan di Israel saat ini adalah Yahudi Ashkenazi.
Sejumlah ahli seperti Ernest Renan dan Arthur Koestler telah lama
berteori bahwa mereka bukanlah Yahudi keturunan Ibrahim, Ishak, dan
Ya’kub.
Mereka adalah Yahudi keturunan Khazaria yang pernah
mendirikan imperium di utara pegunungan Kaukasus. Dan, itu telah pula
dibuktikan dengan penelitian genetika (lihat Jejak Ya’juj dan Ma’juj di
Eropa).
Imran mengakui bukan orang pertama yang berpendapat bahwa
Ya’juj dan Ma’juj dilepaskan di Eropa. Tokoh pembaharu Islam, Muhammad
Iqbal, pun telah mengidentifikasinya. Iqbal menulisnya dalam salah satu
bait sajaknya yang berjudul Bang-i-Dara: “Khul ga’ay Ya’jjaur Ma’jjkay lashkar tam, Chashmay Musim dekhlay tafsay harfay yansiluun!” (Dilepaskan semua gerombolan Ya’juj dan Ma’juj.
Dalam
pandangan mata Muslim, inilah manifestasi dari kata yansiluun).”
Yansiluun adalah kata terakhir pada ayat 96 surah al-Anbiyaa yang
artinya mengalir/turun dengan cepat.
Karena itulah, Imran
mengutip puisi tersebut di awal bukunya, disertai kalimat “Didedikasikan
kepada Dr Muhammad Iqbal yang telah merespon penaklukan Yerusalem yang
dilakukan Kaum Salib Eropa pada 1917, dengan wawasan ayat di atas.”
Tanda
penting lainnya, jelas Imran, adalah dalam hadis Nabi yang menyebutkan
bahwa Ya’juj dan Ma’juj akan menjadikan bangsa Arab sebagai sasaran
penindasan dan penganiayaan.
Suatu saat, kata Imran, Israel akan
melancarkan perang besar untuk memperluas wilayahnya dari Sungai Nil ke
Sungai Eufrat. Wilayah-wilayah tersebut, saat ini masih berada di
tangan bangsa Arab.
Saat ini, tidak ada yang paling meng ancam
bangsa Arab selain Israel, terutama dengan senjata nuklirnya. Negara ini
diperkirakan mempunyai 60 hingga 200 rudah berhulu ledak nuklir.
Sumber : Republika Online
2 komentar:
Apa kaum yajuj majuj bisa berubah bentuk seperti layaknnya manusia normal sampai nanti hari akhir (kiamat) datang, baru merubah bentuk Asli mereka...? Atau kungkungan tembaga yajuj majuj itu tidak ada di atas bumi (daratan), melainkan ada di dalam perut bumi… jadi tidak terditeksi… ?
Sangat mengisnpirasi kajiannya tetapi yg paling penting adalah keimanan kita tidak goyah terhadap Allah SWT dan selalu banyak belajar memahami sejarah islam serta mengkaji lebih dalam lagi ilmu agama islam.
Posting Komentar