Awak Angkatan Laut Jerman (Kriegsmarine) dari Kapal Selam U-219.
Beberapa anggotanya bergabung dengan gerilyawan republik Indonesia. Foto: koleksi Herwig Zahorka. |
“Hufper bukan pelatih sembarangan, dia adalah pelatih
senam tim Jepang dalam Olympiade tahun 1940 yang kemudian gagal
diadakan,” ujar Sayidiman, terakhir pangkat Letnan Jenderal.
Menurut lulusan terbaik Akademi Militer Yogyakarta
angkatan pertama tersebut, Hufper bukanlah satu-satunya orang Jerman
yang terlibat dalam pendidikan calon-calon perwira Tentara Nasional
Indonesia (TNI). Di Sarangan terdapat para instruktur Jerman yang
mengajarkan bahasa asing (Jerman, Inggris, Prancis) dan keterampilan
morse. Untuk materi yang terakhir ini, para kadet Akademi Militer
Yogyakarta dididik secara khusus oleh bekas markonis Jerman yang
memiliki kemampuan mengirimkan dan menangkap tanda morse dalam kecepatan
tinggi.
Sejarawan militer Nino Oktorino menyebutkan bahwa sejak
menginjakan kaki di tanah Nusantara pada awal-awal balatentara Jepang
datang ke Jawa, sudah banyak perwira Jerman menyimpan simpati terhadap
rakyat Indonesia. “Saat berkumpul, mereka kerap mendiskusikan tentang
kemerdekaan Indonesia…” tulis Nino dalam Nazi di Indonesia, Sebuah Sejarah yang Terlupakan.
Soal ini juga diakui oleh sejarawan Jerman Herwig
Zahorka. Dia bahkan menyebut, pasca berakhirnya Perang Dunia II,
setidaknya ada dua prajurit Angkatan Laut Jerman (Kriegsmarine) dari
Kapal Selam U-219 yang bergabung dengan gerilyawan Indonesia untuk
memerangi militer Belanda. “Nama mereka adalah Warner dan Losche…”
ungkap ahli sejarah militer Jerman di Indonesia tersebut. Lantas
bagaimana nasib mereka berdua?
Zahorka hanya mengatakan bahwa begitu lolos dari kamp
konsentrasi Sekutu di Pulau Onrust (masuk wilayah Kepulauan Seribu),
Warner dan Losche menjadi pelatih militer pada sebuah kesatuan tentara
Indonesia di pulau Jawa. “Salah seorang dari mereka yakni Losche malah
gugur dalam suatu kecelakan saat melatih para gerilayawan republik
membuat sejenis pelontar api,” kata Zahorka.
Menurut Nino, Warner dan Losche, serta satu Jerman lain
yang tidak diketahui namanya, memang ditugaskan untuk melatih suatu
kesatuan tentara Indonesia di perkebunan kopi di Ambarawa, Jawa Tengah.
Sumber NEFIS (Dinas Intelijen Militer Belanda)
membenarkan adanya puluhan orang Jerman yang memihak Indonesia dalam
perang kemerdekaan (1945-1949). Hal ini diungkapkan oleh Jenderal Simon
Hendrik Spoor dalam biografinya, Kejayaan dan Tragedi Panglima Tentara Belanda Terakhir di Indonesia, karya sejarawan militer Belanda J.A. de Moor.
Spoor menceritakan adanya orang-orang Jerman dalam suatu
pertempuran: “…Sepuluhan orang Jerman katanya memperdengarkan diri
dengan keras dan jelas di dalam semak, tanpa pernah secara fisik
menampakan diri.”
Sumber
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar