Seputar Penyakit Ginjal : penyebab penyakit ginjal, penanganan penyakit ginjal, dan pencegahan penyakit ginjal

GEJALA PENYAKIT GINJAL KRONIS  (PGK)
Pada stadium awal, penyakit yang menyerang ginjal tidak menimbulkan gejala. Seiring dengan waktu, kemampuan tubuh untuk membuang ‘sampah’ semakin menurun. Bila hal ini terjadi, gejala-gejala lain yang mungkin timbul adalah:

  • merasa lelah dan tidak berenergi
  • gangguan berkonsentrasi
  • nafsu makan menurun
  • sulit tidur
  • kulit terasa kering dan gatal
  • kram otot pada malam hari
  • pembengkakan pada pergelangan kaki/tangan
  • pembengkakan seputar mata pada pagi hari
  • sering berkemih, terutama di malam hari
Klasifikasi stadium PENYAKIT GINJAL KRONIS  (PGK)
Perjalanan penyakit ginjal kronik dapat dicegah atau ditunda dengan cara deteksi dini dan terapi yang tepat. Stadium awal penyakit ginjal kronik dapat dideteksi dengan melakukan pemeriksaan laboratorium secara rutin sesuai dengan anjuran dokter.
Ada tidaknya penyakit ginjal kronik ini dapat ditetapkan berdasarkan adanya kerusakan ginjal atau tingkat fungsi ginjal yaitu dengan mengukur laju filtrasi glomerulus (Glomerular Filtration Rate/GFR).
Menurut National Kidney Foundation Kidney Disease Outcomes Quality Initiative  (NKF-K/DOQI), dapat dibagi menjadi:
I.      Kerusakan ginjal dengan nilai GFR normal atau meningkat. Nilai GFR ≥ 90 mL/min/1,73 m2.
II.    Kerusakan ginjal ringan dengan penurunan nilai GFR 60-89 mL/min/1,73 m2.
III.   Kerusakan ginjal sedang dengan penurunan nilai GFR 30-59 mL/min/1,73 m2.
IV.   Kerusakan ginjal berat dengan penurunan nilai GFR 15-29 mL/min/1,73 m2.
V.     Gagal ginjal terminal (stadium akhir), dengan nilai GFR < 15 mL/min/1,73 m2.
Serba serbi penyakit ginjal
Penyakit Ginjal Akut
Gangguan fungsi ginjal bisa berlangsung secara tiba-tiba (akut), biasanya disebut sebagai penyakit ginjal akut (PGA). Kondisi ini dapat diakibatkan oleh berbagai hal, antara lain:
  • operasi pembedahan yang rumit atau cedera hebat
  • sumbatan pada pembuluh darah yang menuju ginjal
  • sumbatan pada saluran kemih akibat batu, tumor, bekuan darah
  • penyakit ginjal, seperti glomerulonefritis akut
Penyakit Ginjal Kronik
Penyakit ginjal kronik (PENYAKIT GINJAL KRONIS  (PGK)), biasanya timbul secara perlahan dan sifatnya menahun, dengan sedikit gejala pada awalnya. Kadang Anda tidak merasakan gejala hingga fungsi ginjal yang sudah menurun sekitar 25 % dari ginjal normal. 

FAKTOR RESIKO PENYAKIT GINJAL KRONIS  (PGK)
Untuk memahami lebih jauh mengenai penyakit ginjal, Anda perlu mengetahui faktor-faktor risiko yang dapat menimbulkan penyakit ini. Faktor risiko ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu faktor risiko yang dapat dimodifikasi (dapat diubah) dan yang tidak dapat dimodifikasi.
Faktor risiko yang dapat Anda modifikasi, yaitu:
Diabetes
Diabetes tipe 2 merupakan penyebab nomor satu
Penyakit Ginjal Kronik (PENYAKIT GINJAL KRONIS  (PGK)).
Dengan mengendalikan kadar gula darah risiko terjadinya kerusakan ginjal dapat dicegah.

Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Tekanan darah tinggi yang berkelanjutan dapat merusak atau mengganggu pembuluh darah halus dalam ginjal yang lama kelamaan dapat mengganggu kemampuan ginjal untuk menyaring darah.
Dengan menjaga berat badan tetap ideal, berolahraga secara teratur, dan menggunakan obat-obatan yang sudah diresepkan dokter dapat membantu mencegah atau memperlambat perkembangan penyakit ginjal menjadi gagal ginjal.
Mengkonsumsi obat pereda rasa nyeri
Mengkonsumsi obat-obatan pereda rasa nyeri yang mengandung ibuprofen secara berlebihan maupun dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan timbulnya nefritis intersitialis, yaitu peradangan ginjal yang dapat mengarah pada gagal ginjal.
Jika Anda mengalami gangguan fungsi ginjal dan sedang mengkonsumsi obat-obatan secara rutin, coba konsultasikan dengan dokter. Untuk obat baru, konsultasikan dengan dokter bila Anda mengalami gejala-gejala tertentu.
Penyalahgunaan obat-obatan/zat tertentu
Pemakaian obat-obatan terlarang, seperti heroin atau kokain, dapat menyebabkan kerusakan fungsi ginjal yang dapat mengarah pada gagal ginjal.
Radang
Penyakit-penyakit tertentu, seperti glomerulonefritis (radang pada glomerulus/unit penyaring ginjal) dapat merusak ginjal, sehingga ginjal tidak bisa lagi menyaring zat-zat sisa metabolisme tubuh. Untuk mengetahui lebih lanjut, biasanya dokter akan meminta Anda melakukan serangkaian pemeriksaan di laboratorium.
Beberapa faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, adalah:
Riwayat keluarga penyakit ginjal
Jika ada anggota keluarga yang menderita PENYAKIT GINJAL KRONIS  (PGK), atau yang sedang menjalani dialisis, atau transplantasi ginjal, Anda memiliki risiko mengalami penyakit ini. Salah satu jenis penyakit yang bersifat diturunkan adalah penyakit ginjal polikistik, yaitu penyakit ketika jaringan normal ginjal secara perlahan digantikan oleh kista-kista berisi cairan.
Kelahiran prematur
Bayi prematur (lahir kurang dari 32 minggu kehamilan) berisiko memiliki penumpukan endapan kalsium di bagian nefron ginjal, yang dikenal dengan nefrokalsinosis. Hal ini mungkin disebabkan oleh menurunnya kemampuan menghambat proses penggumpalan kristal akibat beban kalsium yang disaring meningkat dan ekskresi sitrat berkurang. Bila tidak diatasi, bayi yang memiliki kondisi seperti ini memiliki risiko untuk menderita gangguan fungsi ginjal di kemudian hari.
Usia
Seiring dengan pertambahan usia, fungsi ginjal pun dapat menurun.
Trauma atau kecelakaan
Kecelakaan, cedera, beberapa jenis operasi, juga dapat mengganggu atau merusak ginjal.
Jenis penyakit tertentu
Jenis penyakit-penyakit tertentu dapat meningkatkan risiko terjadinya PENYAKIT GINJAL KRONIS  (PGK). Penyakit-penyakit ini antara lain penyakit lupus, anemia sel sabit (sickle cell anemia), kanker, AIDS, hepatitis C dan gagal jantung berat.
Ada beberapa penyakit yang mempengaruhi tubuh secara keseluruhan, yang dapat memicu timbulnya PENYAKIT GINJAL KRONIS  (PGK), antara lain:
1. Diabetes
Bila mengalami diabetes berarti tubuh tidak bisa optimal dalam hal merubah makanan menjadi energi yang dibutuhkan sehingga kadar gula darah dapat meningkat. Kondisi gula darah yang meningkat berkepanjangan dapat merusak pembuluh darah dan ginjal.
Bila sudah meningkat, dapat menimbulkan gejala-gejala seperti:
  • rasa haus meningkat
  • penglihatan kabur
  • sering berkemih
  • berat badan menurun tanpa alasan yang jelas
  • luka yang lama sembuh
  • merasa lapar
  • lemah
2. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Tekanan darah merupakan tekanan yang ditimbulkan oleh darah yang mengalir dalam pembuluh darah arteri. Tekanan yang tinggi ini bila berlangsung terus menerus dapat merusak atau mengganggu pembuluh-pembuluh darah kecil dalam ginjal yang lama kelamaan dapat mengganggu kemampuan ginjal untuk menyaring darah.
Pada umumnya, bagi orang dewasa atau berusia 18 tahun ke atas, tekanan darah 140/90 mm Hg atau lebih, dapat dikatakan sebagai keadaan hipertensi. Sedangkan bagi Anda penderita diabetes dan penyakit ginjal kronik, tekanan darah 130/80 mmHg atau lebih sudah dikatakan sebagai hipertensi.
Dengan mengontrol tekanan darah akan membantu memperlambat kerusakan ginjal. Untuk mengatasi masalah hipertensi, konsultasikan dengan dokter Anda.
3. Batu ginjal
Batu yang terbentuk di ginjal terjadi akibat adanya proses presipitasi (kristalisasi bahan-bahan yang terlarut) yang terkandung di dalam urin. Biasanya batu ini dapat berpindah ke melalui ureter (saluran yang mengalirkan urin dari ginjal ke kandung kemih) dan dikeluarkan lewat urin bila berukuran kecil.
Namun kadangkala, batu yang berukuran terlalu besar tidak bisa keluar begitu saja lewat urin. Bila hal ini terjadi maka menimbulkan rasa sakit dan mungkin dapat menimbulkan obstruksi (sumbatan) akibat terhambatnya aliran urin keluar.
Batu ginjal dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, diet tertentu, obat-obatan dan kondisi-kondisi tertentu akibat meningginya zat-zat lain dalam urin, misalnya asam urat.
Gejala batu ginjal, antara lain:
  • rasa sakit pada bagian belakang atau sisi tubuh
  • darah dalam urin
  • muntah
  • demam
  • sering berkemih atau ingin berkemih
  • rasa nyeri saat berkemih
Keluar tidaknya batu ginjal dengan sendirinya tergantung pada lokasi, besar, bentuk dan komposisi. Ukuran batu yang kecil dengan bentuk licin atau bulat dapat keluar dengan sendirinya. Namun bila bentuknya bermacam-macam, misalnya dengan tepi yang tajam atau ukuran yang terlalu besar yang memenuhi seluruh bagian ginjal, tentu memerlukan terapi tertentu guna mengeluarkannya.
Bila batu ginjal berpindah ke bagian pelvis ginjal, dapat menyumbat aliran urin dan ginjal pun dapat membengkak, sehingga dapat mengganggu kerja ginjal.
4. Infeksi dan radang
Infeksi atau radang pada saluran kemih (ISK) dapat terjadi akibat adanya bakteri yang masuk ke saluran kemih dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung kemih, uretra dan dua ureter serta ginjal. Bakteri ini biasanya masuk melalui uretra dan masuk ke kandung kemih.
Kondisi ini dapat menyebabkan saluran kemih menjadi merah, bengkak dan rasa nyeri. Jika infeksi ini tidak diatasi dengan baik, bakteri dapat memasuki ginjal sehingga menimbulkan jenis infeksi yang lebih serius yaitu pyelonefritis (peradangan pada ginjal yang dapat meluas mengenai unit penyaring dan pembuluh darah).
Gejala ISK ini antara lain:
  • keinginan berkemih, kadang urin hanya berbentuk sedikit atau menetes
  • rasa seperti terbakar saat berkemih
  • urin berwarna keruh atau bercampur darah
  • bau urin sangat menyolok
Bila infeksi ini sudah menyebar ke ginjal, dapat menyebabkan rasa sakit/nyeri pada punggung bagian bawah disertai dengan demam, mual dan muntah.
5. Selain ISK, glomerulonefritis yang tidak segera diatasi juga dapat mengganggu kerja ginjal nantinya. Glomerulonefritis timbul akibat adanya peradangan yang merusak bagian ginjal yang menyaring darah (glomerulus) sehingga glomerulus ini tidak bisa lagi menyaring zat-zat yang sudah tidak terpakai oleh tubuh dan cairan yang berlebihan ke dalam aliran darah untuk membentuk cairan urin.
Glomerulonefritis akut biasanya sering disebabkan oleh infeksi bakteri streptokokus atau infeksi pada tenggorokan atau kulit. Glomerulonefritis yang ringan biasanya tanpa gejala dan diagnosanya ditegakkan melalui pemeriksaan darah dan urin di laboratorium. Sedangkan yang sudah berat, dapat menimbulkan gejala fatigue (lelah), mual.muntah, sesak napas, gangguan penglihatan, tekanan darah tinggi, bengkak (terutama pada wajah, tangan, kaki dan pergelangan kaki), dan adanya darah/protein pada urin yang membuat warna urin menjadi kemerahan atau keruh.
6. Penyalahgunaan obat-obatan
Ada beberapa jenis obat-obatan yang dapat membahayakan kerja ginjal, yaitu:
  • obat penghilang/pereda rasa sakit. Ginjal dapat rusak bila Anda mengkonsumsi obat-obat bebas ini dalam jumlah yang berlebihan dalam jangka waktu lama, seperti aspirin, asetaminofen dan ibuprofen. Gunakan obat-obat ini sesuai dengan anjuran dokter.
  • antibiotika.
  • obat-obatan terlarang. Contoh obat jenis ini antara lain heroin, kokain, ekstasi dan marijuana, bila dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, stroke, gagal jantung dan bahkan kematian.
  • alkohol. Mengkonsumsi alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan risiko timbulnya gagal ginjal dan gagal fungsi hati.
 PERAWATAN PENYAKIT GINJAL KRONIS (PGK
Kendati penyakit ginjal kronik (PENYAKIT GINJAL KRONIS  (PGK)) tidak dapat disembuhkan, tetapi kita masih dapat mempertahankan agar tetap berfungsi seoptimal mungkin. Caranya yaitu melalui terapi dengan obat-obatan, dialisis (cuci darah), transplantasi (cangkok) ginjal, dan modifikasi gaya hidup.
PERANAN OBAT DALAM TERAPI PENYAKIT GINJAL KRONIK
Obat-obatan bermanfaat untuk mengatasi gejala-gejala dan komplikasi PENYAKIT GINJAL KRONIS  (PGK) serta membantu memperlambat proses kerusakan fungsi ginjal.
1.      Diuretik
Diuretik (obat untuk meningkatkan pengeluaran urin) membantu pengeluaran kelebihan cairan dan elektrolit dari tubuh, serta bermanfaat membantu menurunkan tekanan darah.
2.      Obat Antihipertensi
Sebagian besar penderita PENYAKIT GINJAL KRONIS  (PGK) mengalami tekanan darah tinggi. Oleh karena itu, diperlukan obat antihipertensi untuk mempertahankan agar tekanan darah tetap dalam batas normal dan dengan demikian akan memperlambat proses kerusakan ginjal yang diakibatkan oleh tingginya tekanan darah.
3.      Eritropoietin (Epo)
Salah satu fungsi ginjal yaitu menghasilkan hormon eritropoietin (Epo). Hormon ini bekerja merangsang sumsum tulang untuk memproduksi sel-sel darah merah. PENYAKIT GINJAL KRONIS  (PGK) menyebabkan produksi hormon Epo mengalami penurunan sehingga menimbulkan anemia. Oleh karena itu, Epo perlu digunakan untuk mengatasi anemia yang diakibatkan oleh PENYAKIT GINJAL KRONIS  (PGK). Epo biasanya diberikan dengan cara injeksi 1-2 kali/minggu.
4.      Zat besi
Zat besi (Ferrous Sulphate) seringkali bermanfaat untuk membantu mengatasi anemia yang diakibatkan kekurangan Fe pada pasien dengan  PENYAKIT GINJAL KRONIS  (PGK). Suplemen zat besi diberikan dalam bentuk tablet (ditelan) atau injeksi (disuntik).
5.      Suplemen Kalsium & Kalsitriol
Pada PENYAKIT GINJAL KRONIS  (PGK), kadar kalsium dalam darah menjadi rendah, sebaliknya kadar fosfat dalam darah menjadi terlalu tinggi. Untuk mengatasi ketidakseimbangan mineral ini, diperlukan kombinasi obat/suplemen yaitu kalsitriol (vitamin D bentuk aktif) dan kalsium.

Transplantasi ginjal (Cangkok ginjal)
Transplantasi ginjal adalah suatu metode terapi dengan cara "memanfaatkan" sebuah ginjal sehat (yang diperoleh melalui proses pendonoran) melalui prosedur pembedahan. Ginjal sehat dapat berasal dari individu yang masih hidup (donor hidup) atau yang baru saja meninggal (donor kadaver). Ginjal ‘cangkokan’ ini selanjutnya akan mengambil alih fungsi kedua ginjal yang sudah rusak.
Kedua ginjal lama, walaupun sudah tidak banyak berperan tetap berada pada posisinya semula, tidak dibuang, kecuali jika ginjal lama ini menimbulkan komplikasi infeksi atau tekanan darah tinggi.
Bagaimana Cara Kerja Transplantasi Ginjal?
Prosedur bedah transplantasi ginjal biasanya membutuhkan waktu antara 3 sampai 6 jam. Ginjal baru ditempatkan pada rongga perut bagian bawah (dekat daerah panggul) agar terlindung oleh tulang panggul. Pembuluh nadi (arteri) dan pembuluh darah balik (vena) dari ginjal ‘baru’ ini dihubungkan ke arteri dan vena tubuh. Dengan demikian, darah dapat dialirkan ke ginjal sehat ini untuk disaring. Ureter (saluran kemih) dari ginjal baru dihubungkan ke kandung kemih agar urin dapat dialirkan keluar.
Siapa saja yang dapat menjalani transplantasi ginjal?
Transplantasi ginjal tidak dapat dilakukan untuk semua kasus penyakit ginjal kronik.  Individu dengan kondisi, seperti kanker, infeksi serius, atau penyakit kardiovaskular (pembuluh darah jantung) tidak dianjurkan untuk menerima transplantasi ginjal karena kemungkinan terjadinya kegagalan yang cukup tinggi
Pasca Transplantasi Ginjal
Transplantasi Ginjal dinyatakan berhasil jika ginjal tersebut dapat bekerja sebagai ‘penyaring darah’ sebagaimana layaknya ginjal sehat sehingga tidak lagi memerlukan tindakan Dialisis (cuci darah).
Mencegah Reaksi Penolakan (Rejeksi) terhadap Ginjal 'Baru'
Karena ginjal ‘baru’ ini bukan merupakan ginjal yang berasal dari tubuh pasien sendiri, maka ada kemungkinan terjadi reaksi tubuh untuk menolak ‘benda asing’ tersebut.
Untuk mencegah terjadinya reaksi penolakan ini, pasien perlu mengonsumsi obat-obat anti-rejeksi atau imunosupresan segera sesudah menjalani transplantasi ginjal. Obat-obat imunosupresan bekerja dengan jalan menekan sistem imun tubuh sehingga mengurangi risiko terjadinya reaksi penolakan tubuh terhadap ginjal cangkokan.
Efek Samping Imunosupresan
Obat imunosupresan dapat membuat sistem imun (daya tahan tubuh terhadap penyakit) menjadi lemah sehingga mudah terkena infeksi. Efek samping lainnya dari imunosupresan: wajah menjadi bulat, berjerawat, atau tumbuh bulu-bulu halus pada wajah, juga dapat menyebabkan peningkatan berat badan. Beritahu dokter jika Anda mengalami efek-efek samping seperti ini untuk segera ditangani secara tepat.
Apa yang Perlu Anda Lakukan?
  • Makanlah obat-obatan sesuai anjuran dokter Anda.
  • Periksa ke dokter secara rutin untuk menilai fungsi ginjal baru dan efek/khasiat obat-obat imunosupresan yang Anda gunakan
Terapi pengganti ginjal
Apabila fungsi ginjal sudah sangat menurun (lebih dari 90 persen) sehingga tidak lagi mampu untuk menjaga kelangsungan hidup individu, maka perlu dilakukan Terapi Pengganti Ginjal, yaitu Dialisis dan Transplantasi Ginjal.
DIALISIS
Dialisis adalah metode terapi yang bertujuan untuk menggantikan fungsi/kerja ginjal, yaitu membuang zat-zat sisa dan kelebihan cairan dari tubuh. Ada 2 jenis dialisis:
*Hemodialisis (cuci darah dengan mesin dialiser)  
*Dialisis Peritoneal (cuci darah melalui perut)
•     Hemodialisis
Hemodialisis (HD) adalah dialisis dengan menggunakan mesin dialiser yang berfungsi sebagai "ginjal buatan". Pada HD, darah dipompa keluar dari tubuh, masuk ke dalam mesin dialiser. Di dalam mesin dialiser, darah dibersihkan dari zat-zat racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh dialisat (suatu cairan khusus untuk dialisis), lalu dialirkan kembali ke dalam tubuh. Proses HD dilakukan 1-3 kali seminggu di rumah sakit dan setiap kalinya membutuhkan waktu sekitar 2-4 jam.
Pembuatan "Akses" untuk HD
Agar prosedur hemodialisis dapat berlangsung, sebelumnya perlu dibuatkan akses untuk keluar dan masuknya darah dari tubuh. Akses untuk hemodialisis dapat bersifat temporer (sementara) atau permanen.
Akses temporer yaitu berupa kateter yang dipasang pada pembuluh darah balik (vena) di daerah leher.
Tips perawatan akses temporer (kateter):
  • Cuci tangan sesering mungkin
  • Jangan menyentuh kateter
  • Jangan biarkan kateter tergesek atau terdorong oleh benda apapun, termasuk baju yang sedang Anda kenakan
  • Jaga agar kateter senantiasa kering
Akses permanen biasanya dibuat dengan menghubungkan salah satu pembuluh darah balik (vena) dengan pembuluh nadi (arteri) pada lengan bawah. Akses model Fistula ini populer dengan nama Cimino
Jika Anda meletakkan jari di bagian Cimino, Anda akan merasakan getaran yang ditimbulkan oleh aliran darah pada Cimino. Getaran ini perlu diperiksa secara berkala untuk memastikan bahwa aliran darah pada Cimino tetap lancar.
Tips perawatan Cimino:
·         Jangan mengenakan pakaian ketat atau perhiasan di sekitar daerah Cimono
·         Jangan mengukur tekanan darah, mengambil darah, atau melakukan infus pada lengan yang terpasang Cimino.
·         Cuci tangan sesering mungkin dan jaga agar daerah Cimino dan sekitarnya senantiasa bersih
Bagaimana cara kerja mesin dialiser ?
Keuntungan HD:
1.   Tidak usah menyiapkan peralatan HD sendiri.
2.   Kondisi pasien lebih terpantau karena prosedur HD dilakukan di rumah sakit oleh tenaga kesehatan terlatih.
3.   Jumlah protein yang hilang selama pada proses HD lebih sedikit.1
Kerugian HD:
1.   Fungsi ginjal yang tersisa cepat menurun.
2.   Pembatasan asupan cairan dan diet lebih ketat.
3.   Kadar hemoglobin lebih rendah, sehingga kebutuhan akan eritropoietin lebih tinggi.
*Dialisis Peritoneal
Dialisis Peritoneal adalah metode cuci darah dengan bantuan membran peritoneum (selaput rongga perut). Jadi, darah tidak perlu dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan dan disaring oleh mesin dialisis.
Dialisis Peritoneal terdiri atas 2 jenis:
1.      Automated Peritoneal Dialysis (APD) = Dialisis Peritoneal Otomatis. Metode APD dapat dilakukan di rumah, pada malam hari sewaktu tidur dengan menggunakan “mesin khusus” yang sudah diprogram terlebih dahulu.
2.      Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) = Dialisis Peritoneal Mandiri Berkesinambungan. CAPD tidak membutuhkan mesin khusus seperti pada APD.
Pemasangan Kateter untuk Dialisis Peritoneal
Sebelum melakukan Dialisis peritoneal, perlu dibuat akses sebagai tempat keluar masuknya cairan dialisat (cairan khusus untuk dialisis) dari dan ke dalam rongga perut (peritoneum). Akses ini berupa kateter yang “ditanam” di dalam rongga perut dengan pembedahan. Posisi kateter yaitu sedikit di bawah pusar.  Lokasi dimana sebagian kateter muncul dari dalam perut disebut “exit site”.
klik disini untuk memperbesar gambar
Tips perawatan kateter dan Exit Site:
  • Mandi setiap hari untuk menjaga kebersihan kulit, khususnya di sekitar exit site. Jangan mandi berendam.
  • Ganti pakaian dalam maupun pakaian luar setiap hari
  • Jangan gunakan bahan kimia, misalnya alkohol dan bahan yang mengandung klorida untuk membersihkan exit site atau kateter. Anda hanya boleh menggunakan sabun dan air untuk membersihkan exit site dan keteter
  • Jangan gunakan krim, salep, atau bedak tabur di sekitar exit site
  • Jaga posisi keteter krim agar tetap berada pada tempatnya (tidak tertarik, tertekuk, terputar, atau tersangkut) dengan menempelkannya pada kulit dengan bantuan plester.
Bagaimana cara kerja Dialisis Peritoneal (CAPD)?
Dialisis Peritoneal diawali dengan memasukkan cairan dialisat (cairan khusus untuk dialisis) ke dalam rongga perut melalui selang kateter, lalu dibiarkan selama 4-6 jam. Ketika dialisat berada di dalam rongga perut, zat-zat racun dari dalam darah akan dibersihkan dan kelebihan cairan tubuh akan ditarik ke dalam cairan dialisat.
klik disini untuk memperbesar gambar
Zat-zat racun yang terlarut di dalam darah akan pindah ke dalam cairan dialisat melalui selaput rongga perut (membran peritoneum) yang berfungsi sebagai “alat penyaring”, proses perpindahan ini disebut Difusi.
klik disini untuk memperbesar gambar
Cairan dialisat mengandung dekstrosa (gula) yang memiliki kemampuan untuk menarik kelebihan air, proses penarikan air ke dalam cairan dialisat ini disebut Ultrafiltrasi.
Proses Penggantian Cairan Dialisis
Proses ini tidak menimbulkan rasa sakit dan hanya membutuhkan waktu singkat (± 30 menit). Terdiri dari 3 langkah:
Langkah ke-1.Pengeluaran cairan
Cairan dialisat yang sudah mengandung zat-zat racun dan kelebihan air akan dikeluarkan dari rongga perut dan diganti dengan cairan dialisis yang baru. Proses pengeluaran cairan ini berlangsung sekitar 20 menit.
klik disini untuk memperbesar gambar
Langkah ke-2.Memasukkan cairan
Cairan dialisat dialirkan ke dalam rongga perut melalui kateter.
Proses ini hanya berlangsung selama 10 menit.
Langkah ke-3.Waktu tinggal
Sesudah dimasukkan, cairan dialisat dibiarkan ke dalam rongga perut selama 4-6 jam, tergantung dari anjuran dokter.
Proses penggantian cairan di atas umumnya diulang setiap 4 atau 6 jam (4 kali sehari), 7 hari dalam seminggu.
Keuntungan Dialisis Peritoneal:
1.      Fungsi ginjal yang masih tersisa dapat dipertahankan.
2.      Dapat dilakukan sendiri di rumah atau di tempat kerja.
3.      Tidak tergantung pada bantuan orang lain.
4.      Tekanan darah pasien lebih terkendali.
5.      Kebutuhan akan suplemen zat besi dan eritropoietin (EPO) jauh lebih sedikit.
6.      Lebih bebas mengonsumsi berbagai jenis makanan dan minuman.
7.      Kadar kalium darah lebih terkontrol.
Kerugian Dialisis Peritoneal:
1.      Risiko terjadinya peritonitis (infeksi peritoneum).
2.      Lebih banyak protein yang hilang dari tubuh selama berlangsungnya proses dialisis peritoneal.
Komplikasi PENYAKIT GINJAL KRONIS  (PGK)
Seperti penyakit menahun lainnya, penyakit ginjal kronik (PENYAKIT GINJAL KRONIS  (PGK)) juga disertai oleh penyulit (komplikasi).
Komplikasi yang seringkali ditemui pada penderita PENYAKIT GINJAL KRONIS  (PGK) adalah:
  1. Anemia
  2. Osteodistrofi Renal
  3. Gagal Jantung
  4. Impotensi
Anemia
Anda dikatakan mengalami anemia jika memiliki kadar sel darah merah yang rendah. Sel darah merah ini bertugas mengangkut oksigen ke seluruh tubuh dan jaringan, sehingga tubuh dapat menghasilkan energi yang Anda butuhkan untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
Mengapa terjadi anemia?
Pada PENYAKIT GINJAL KRONIS  (PGK), anemia terjadi karena berkurangnya produksi hormon eritropoietin (EPO) akibat berkurangnya massa sel-sel tubulus ginjal. Hormon ini diperlukan oleh sumsum tulang untuk merangsang pembentukan sel-sel darah merah dalam jumlah yang cukup untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Jika eritropoietin berkurang, maka sel-sel darah merah yang terbentuk pun akan berkurang, sehingga timbullah anemia.
Faktor lain yang juga berperan dalam terjadinya anemia adalah :
  1. kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12, karnitin
  2. penghambat eritropoietin (peradangan, hiperparatiroidisme)
  3. perdarahan
  4. umur sel darah merah yang memendek (misalnya pada anemia hemolitik, anemia sickle cell/anemia bulan sabit)
Bagaimana diagnosis anemia ditegakkan?
Dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar:
  1. Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah bagian dari sel darah merah yang mengangkut oksigen ke seluruh tubuh.
Nilai normal untuk wanita : 12,5-15 gr/dL, pria : 14-16 gr/dL.
  1. Hematokrit (Ht)
Hematokrit menggambarkan persentase kandungan sel darah merah dalam darah Anda.
Nilai normal untuk wanita : 38-47%, pria : 42-50%.
Apa yang Anda rasakan?
  1. Mudah lelah
  2. Tampak pucat
  3. Kurang bertenaga
  4. Pusing
  5. Sulit berkonsentrasi
  6. Nafsu makan berkurang
  7. Sulit tidur
  8. Jantung berdebar-debar
  9. Sesak napas
Bagaimana mengatasinya?
1. EPO
EPO atau eritropoietin adalah obat untuk meningkatkan produksi sel darah merah. Diberikan dengan cara disuntikkan ke bawah kulit (subkutan) atau ke dalam vena (intravena).
2. Zat besi
Untuk membuat sel darah merah, tubuh Anda juga memerlukan zat besi dalam jumlah yang cukup. Karena itu, supaya efektif, pemberian EPO biasanya dilakukan bersamaan dengan pemberian zat besi. Zat besi diberikan dalam bentuk pil atau suntikan intravena.
Untuk mengetahui apakah tubuh Anda memiliki zat besi dalam jumlah yang mencukupi, dilakukan pemeriksaan darah untuk mengukur kadar:
    1. ST : saturasi transferin, menunjukkan perbandingan zat besi darah dan kapasitas kemampuan pengikatan zat besi dalam persen.. Nilai normal : 20-50%
    2. Feritin : jumlah zat besi yang disimpan di dalam tubuh. Nilai normal : 100-800 mcg/L
3. Vit B12, asam folat
Karena kedua zat gizi ini ikut berperan dalam terjadinya anemia, maka diharapkan suplementasi vitamin B12 dan asam folat dapat ikut memperbaiki anemia pada penderita PENYAKIT GINJAL KRONIS  (PGK).
Apa yang terjadi jika anemia tidak diobati?
Jika tidak diobati, anemia dapat menyebabkan beban kerja jantung meningkat sehingga terjadi penebalan jantung sebelah kiri (LVH atau left ventricular hypertrophy) yang dapat berlanjut menjadi gagal jantung.
GAYA HIDUP RAMAH  PENYAKIT GINJAL KRONIS
Dengan gaya hidup yang tepat, ginjal dapat dipelihara agar tetap sehat. Berbagai gaya hidup yang perlu diperhatikan penderita PGK di antaranya adalah:
Pengaturan makanan dan minuman (diet)
Makanan dan minuman penting bagi setiap orang, tapi lebih penting lagi pada penderita PGK. Mengapa? Saat ginjal mengalami gangguan/kerusakan, zat-zat sisa metabolisme dan cairan yang berlebihan dan tidak diperlukan akan terganggu pembuangannya sehingga menumpuk di dalam darah. Tergantung dari berat ringannya penyakit, penumpukan ini dapat menimbulkan berbagai keluhan yang mengganggu mulai dari mual, muntah, pembengkakan (edema) dan sebagainya. Dengan membatasi dan mengatur jumlah dan jenis makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh, zat-zat sisa dan cairan akan lebih sedikit menumpuk dalam darah sehingga keluhan berkurang dan tubuh lebih nyaman.
A. Mengurangi asupan protein (khusus bagi penderita PGK yang tidak menjalani dialisis secara rutin). 
• Mengapa?
Tubuh kita membutuhkan protein dalam jumlah yang cukup. Protein berguna antara lain untuk membangun tubuh dan memperbaiki jaringan (misalnya otot-otot) yang mengalami kerusakan. Penggunaan protein dalam tubuh menghasilkan zat sisa berupa zat urea, yang biasanya akan dibuang keluar dari tubuh oleh ginjal yang sehat. Namun, ginjal yang mengalami gangguan akan mengalami kesulitan membuang zat urea dari dalam tubuh. Sebagai akibatnya, terjadi penumpukan urea dalam darah, menimbulkan apa yang disebut peningkatan Blood Urea Nitrogen atau BUN. Salah satu cara mencegahnya adalah dengan mengurangi asupan protein.
Meskipun perlu dibatasi, namun penderita PGK tetap membutuhkan asupan protein agar tubuh dapat berfungsi dengan baik. Karena itu, pembatasan

asupan protein tidak sekedar hanya 'mengurangi' saja melainkan perlu diatur oleh dokter/ahli gizi yang kompeten.
Secara umum, pengaturan asupan protein dilakukan berdasarkan kadar GFR penderita PGK yang bersangkutan, dengan mengikuti contoh sebagai berikut:
Pembatasan asupan protein pada PGK1
GFR (mL/menit)
Asupan protein (g/kg BB/hari)
>60
Pembatasan protein tidak dianjurkan
25-60
0.6 - 0.8 g/kg BB/hr, termasuk > 0.35 g/kg BB/hr protein dengan nilai biologis tinggi.
5-25
0.6 - 0.8 g/kg BB/hr, termasuk > 0.35 g/kg BB/hari protein dengan nilai biologis tinggi atau tambahan 0.3 g asam amino esensial atau asam keton.
<60 (Sindrom Nefrotik)
0.8 g/kg BB/hr (ditambah dengan 1g protein/g proteinuria atau 0.3 g/kg BB tambahan asam amino esensial atau asam keton)

Referensi:
1. Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam: Sudoyo AWdkk. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta Juni 2006.

• Tips mengatur asupan protein
Tubuh penderita PGK lebih sanggup menggunakan jenis protein dengan nilai biologis yang tinggi. Oleh karena itu, dalam memilih jenis protein yang dikonsumsi, dianjurkan untuk mengikutsertakan protein dengan nilai biologis tinggi tersebut, seperti ayam, ikan, daging tanpa lemak, susu dan keju.
B. Mengurangi asupan garam
• Mengapa?
Garam (natrium) bersifat menahan air. Jika Anda mengurangi asupan garam, cairan dalam tubuh juga tidak terlalu banyak menumpuk, pembengkakan tangan dan kaki yang sering terjadi manakala cairan tubuh berlebihan juga akan berkurang, dan kerja jantung serta paru-paru juga menjadi lebih ringan sehingga mengurangi keluhan sesak dan sulit bernapas. Selain itu, jika Anda mengurangi garam, rasa haus juga akan berkurang sehingga otomatis tidak terlalu banyak minum air.
• Tips mengurangi asupan garam
1. Cek label makanan di supermarket jika akan membeli makanan. Pilih makanan yang tidak terlalu banyak mengandung natrium/sodium (sebaiknya kurang dari 400 mg natrium per saji).
2. Perbanyak konsumsi makanan yang segar dari alam seperti sayur atau buah. Hindari makanan kaleng atau makanan instan.
Gunakan gelas berukuran kecil agar Anda tidak minum terlalu banyak.
3. Kurangi garam dalam makanan yang akan dikonsumsi.
Gunakan bumbu lain seperti bawang, jeruk nipis, kayu manis, dan lain sebagainya untuk memberi rasa masakan agar tidak terlalu tawar.
4. Jika menggunakan pengganti garam, pilihlah yang tidak mengandung kalium.
C. Mengurangi asupan air/cairan 
• Mengapa?
Ginjal yang sehat dan berfungsi normal akan mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh, termasuk jumlah cairan yang dibuang melalui air kencing. Jika ginjal rusak/terganggu, pengaturan ini akan terganggu. Karena itu, cairan perlu diatur, dan jika perlu dikurangi (sesuai anjuran dokter).
• Tips mengurangi asupan air/cairan
1. Isap-isap potongan jeruk lemon, permen asam atau permen karet untuk membasahi mulut agar tidak terlalu kering/haus.
2. Minumlah hanya jika benar-benar haus saja.
3. Kurangi makanan yang terlalu asin agar tidak mudah haus.
4. Jangan terlalu banyak mengonsumsi biskuit atau kraker atau camilan yang terlalu asin.
5. Jika Anda penderita diabetes, Anda juga perlu mengontrol kadar gula darah agar tidak terlalu tinggi. Kadar gula darah tinggi juga membuat Anda lebih mudah haus.
D. Mengurangi asupan kalium
• Mengapa?
Kalium adalah sejenis mineral yang dibutuhkan tubuh dan bisa kita peroleh dari makanan. Seperti halnya garam natrium dan air, kalium juga diatur kadarnya dalam tubuh oleh ginjal. Karena itu, ginjal yang rusak dapat berakibat kadar kalium dalam darah meningkat, sehingga pembatasan kalium dari makanan mungkin diperlukan agar kadar kalium tidak berlebihan. Kadar kalium yang berlebihan dapat menimbulkan masalah seperti gangguan irama jantung yang dapat berakibat fatal.
• Tips mengurangi asupan kalium
1. Baca label makanan untuk mengetahui jumlah kalium yang terkandung, dan batasi konsumsi makanan yang mengandung kalium dalam jumlah tinggi (misalnya bayam, tomat, kentang, pisang, kacang yang dikeringkan, dan jeruk).
2. Merebus makanan bertepung seperti kentang dengan air tawar yang banyak dapat mengurangi jumlah kalium yang terkandung di dalamnya. Jangan lupa tiriskan dan buang air rebusan sebelum dihidangkan. 
E. Mengurangi asupan fosfat
• Mengapa?
Produk susu (susu, keju, dan yogurt), kacang-kacangan kering, dan coklat, mengandung fosfat dalam jumlah banyak. Konsumsi makanan tersebut dapat meningkatkan kadar fosfat dalam darah. Jika kelebihan ini tidak dapat dibuang sepenuhnya oleh ginjal, dapat berefek memperlemah tulang-tulang di dalam tubuh.
• Tips mengurangi asupan fosfat 
Dokter mungkin meresepkan obat pengikat fosfat untuk membantu tubuh mengurangi kadar fosfat yang berlebihan. Obat ini sebaiknya dikonsumsi bersama makanan untuk mencegah diserapnya fosfat ke dalam peredaran darah, sehingga kadar fosfat tidak meningkat.

Namun, kebutuhan nutrisi dan cairan setiap orang tidak selalu sama. Karena itu, selalu konsultasikan pada dokter atau ahli gizi untuk mengetahui pengaturan gizi yang tepat bagi Anda.
Anda mungkin sudah diberitahu oleh dokter mengenai jumlah kebutuhan minum harian Anda. Bawalah tempat air yang berisi air dalam jumlah sesuai yang Anda butuhkan untuk hari itu, dan minumlah hanya dari tempat air itu saja, sehingga Anda dapat mengontrol jumlah air yang diminum dan tidak minum berlebihan.
 Olahraga yang sesuai
Mengapa?
Banyak berolahraga baik untuk kesehatan tubuh secara umum. Terlebih lagi, saat ginjal mengalami gangguan, mempertahankan kesehatan organ-organ tubuh lainnya menjadi lebih penting lagi. Olahraga teratur akan menjaga kesehatan paru-paru dan jantung, memperbaiki aliran darah ke seluruh tubuh, sehingga memberi energi dan menjaga kinerja seluruh organ tubuh. Olahraga juga memperbaiki kelenturan otot, yang akan membantu memperkuat tulang-tulang Anda. Hal ini penting, karena penyakit ginjal kronik seringkali memperlemah tulang. Olahraga aerobik (misalnya lari, berenang) juga membantu mengurangi tekanan darah tinggi.
Tips berolahraga
1. Sebaiknya, berolahragalah secara teratur. Frekuensi olahraga yang ideal berbeda-beda untuk setiap orang. Anda dapat mencoba olahraga teratur 3 atau 4 kali seminggu, sesuai kemampuan, yang penting teratur.
2. Jika Anda belum biasa berolahraga, cobalah berolahraga dalam waktu singkat dahulu pada awalnya, misalnya 15 menit. Lama kelamaan, jika tubuh sudah lebih terbiasa, perbanyak waktu olahraga Anda menjadi 30 menit atau malah satu jam, sesuai kemampuan.
3. Jangan berolahraga terlalu berlebihan atau memaksakan diri, jika dirasakan tubuh sudah tidak kuat lagi, segera berhenti.
4. Olahraga tidak berarti Anda harus mengeluarkan uang dan meluangkan waktu untuk mengikuti sport club atau pergi ke gym misalnya. Anda bisa membiasakan diri untuk berjalan kaki di pagi
hari mengelilingi kompleks, atau mencoba mencuci mobil sendiri (yang sebelumnya biasanya dikerjakan supir/pembantu).
Ketika emosi jadi labil
Penderita PGK seringkali rentan terhadap perubahan emosi (naik turun dan sangat labil). Hal itu wajar mengingat PGK memang penyakit yang serius, lama diderita dan menimbulkan keluhan-keluhan yang tidak remeh bahkan sangat berat. Otomatis PGK menimbulkan stres emosional yang tidak sedikit pada penderita maupun keluarganya. Belum lagi jika ditambah dengan biaya ekonomi yang tidak sedikit dalam terapi PGK yang seringkali dapat berlangsung sangat lama.
Selain itu, kondisi uremia (penumpukan zat-zat sisa dalam tubuh yang dialami penderita PGK) juga dapat berefek terhadap sistem saraf, membuat perasaan menjadi labil dan sering berpindah-pindah dari marah menjadi gembira, dan sebaliknya (mood swing).
Akhirnya, beberapa jenis obat-obatan yang dikonsumsi penderita PGK pun mungkin dapat memiliki efek samping mempengaruhi emosi. Semua faktor di atas turut bertanggung jawab atas kelabilan emosi yang sering dialami penderita PGK.
Namun, hidup terus berjalan. Kelabilan emosi pun harus dijalani. Berikut beberapa tips yang mungkin dapat membantu Anda mengendalikan emosi dengan lebih baik:
1. Konsultasi dan sharing
Berbagai masalah dapat terasa lebih ringan jika dibicarakan bersama. Tidak perlu ke banyak orang, namun cukup pilih satu dua orang yang paling Anda percayai dan hormati serta bersedia mendengarkan. Bicarakan kesulitan dan kekhawatiran Anda, jangan dipendam saja.
Memendam kesulitan dan kekhawatiran seringkali justru menambah ekstra permasalahan yang sudah ada. Sebaliknya, membicarakan dan mendiskusikannya terkadang membantu kita menemukan solusi yang sebelumnya tidak terlihat. Jika tidak ada solusi yang muncul pun, sekadar membicarakan dan sharing masalah pun seringkali dapat membantu meringankan beban pikiran dan membuat hati lebih lapang.
2. Berkumpullah dengan pasien PGK lainnya
Mengalami suatu penyakit kronis seperti PGK bukan pengalaman yang dialami setiap orang, sehingga adakalanya orang-orang di sekitar Anda mengalami kesulitan memahami kondisi Anda. Namun, tidak demikian dengan para penderita PGK lainnya. Seringkali antara satu sama lain penderita sangat memahami dan berbagi pengalaman yang sama. Terlibatlah dalam perkumpulan penderita PGK, sehingga Anda tidak sendiri dalam berjuang mengatasi PGK.

3. Dekatkan diri dengan keluarga
Meskipun Anda pastilah orang yang paling mengalami beban berat dari PGK, namun keluarga Anda pun mengalami dampaknya. Mereka juga mengalami stres, rasa tidak berdaya, ketidakpastian serta kekhawatiran karena Anda adalah orang tersayang bagi mereka. Bukalah diri dan sering-sering berbagi pikiran dan perasaan dengan keluarga, sesuai dengan cara Anda masing-masing.

4. Pengetahuan adalah kekuatan
Lebih banyak mengetahui tentang PGK, komplikasi dan terapinya serta efek jangka panjang dan lain sebagainya, membuat Anda lebih siap dan lebih mampu mengontrol hidup, sehingga tidak membiarkan PGK mengambil alih kehidupan Anda. Lebih baik lagi jika keluarga juga ikut mencari informasi sehingga lebih siap menghadapi penyakit yang dapat berlangsung lama ini.
5. Tetap aktif dalam kegiatan sosial
Menderita PGK tidak berarti Anda tidak dapat menikmati kesenangan berkumpul dengan para keluarga, kolega maupun teman. Kegiatan sosial membantu Anda mengalihkan pikiran dari PGK dan membantu Anda terus terlibat dalam masyarakat.
Depresikah saya?
Bagi penderita penyakit kronik seperti PGK, seringkali rentan terkena depresi. Depresi perlu dikenali sejak dini dan ditangani, apalagi depresi sebenarnya dapat diobati. Kenali depresi dengan mengisi angket berikut. Pada setiap nomor, pilihlah angka yang paling menggambarkan situasi yang Anda hadapi dalam hari-hari belakangan ini. Setelah selesai, jumlahkan hasilnya untuk mengetahui apakah Anda menderita depresi.
Mengatasi problema seksual
Berbagai perubahan yang diakibatkan oleh akumulasi zat-zat sisa dan sampah dalam tubuh yang dialami penderita PGK kadang-kadang dapat mengganggu kehidupan seksual penderitanya. Contohnya, perubahan fisik yang dialami (seperti bengkak misalnya) dapat membuat penderita kadang-kadang merasa tidak percaya diri dan kurang menarik secara seksual. Napas kadang-kadang menguarkan bau tertentu yang kurang sedap. Obat-obatan, seperti steroid, juga dapat membuat berat badan bertambah, jerawat bermunculan, dan rambut rontok. Depresi juga dapat mempengaruhi kehidupan seksual. 

Sumber :http://www.sahabatginjal.co






0 komentar: