INILAH.COM, Jakarta - Kisah kesuksesan tentang Asia memang kebanyakan berasal dari China. Terlihat dari daftar 50 perusahaan terbaik Asia Pasifik tahun ini. Lalu, bagaimana posisi negara lain, termasuk Indonesia?
Berdasarkan hasil riset, hampir separuh dari daftar 50 perusahaan terbaik Asia (Asia’s Fab 50), tepatnya 23 perusahaan, berasal dari China. Tidak ada negara yang pernah mendekati jumlah itu, termasuk China, sejak Forbes mulai menyoroti perusahaan paling hebat di kawasan Asia pada 2005.
China tahun lalu mengklaim 16 tempat di kalangan elit. Namun, karena perusahaan real estate, konstruksi, produsen otomotif, alat manufaktur dan pertambangan emas negara tersebut terus booming, sebuah perusahaan tambahan dari masing-masing sektor, menerobos ke peringkat atas.
Pendatang baru yang paling menonjol adalah Qingdao Haier, white goods brand utama dunia. Sebuah bank China dan peritel dealer mobil Zhongsheng Group Holdings. Perusahaan China memang tiba di panggung dunia cukup cepat. Bayangkan saja negera itu hanya memiliki lima perusahaan yang mejeng di Asia’s Fab 50 pada 2005 dan dua pada 2006.
Kenaikan China merupakan penurunan untuk India. Setelah China mencatatkan perusahaan terbanyak, India hanya dapat mengumpulkan tujuh perusahaan tahun ini. Adapun Jepang, yang memimpin paket dengan 13 perusahaan ketika Forbes mulai menganalisis perusahaan di Asia enam tahun lalu, tidak memiliki perusahaan tercatat tahun ini untuk pertama kalinya, akibat gempa bumi 11 Maret lalu.
Sementara perekonomian Korea Selatan yang kuat, punya delapan perusahaan dalam Fab 50, yang kebanyakan sudah ada sejak 2005, yang ketika itu juga mencatatkan delapan perusahaan. Para chaebol (konglomerat bisnis yang biasanya dimiliki keluarga) akan seperti gangbusters dan sebanyak tujuh perusahaan di Korea adalah afiliasi chaebol, sementara yang kedelapan adalah perusahaan Internet NHN.
Perubahan setiap tahun menggambarkan dinamika kawasan, demikian pula tahun ini. Sekitar 20 perusahaan merupakan pendatang baru dalam daftar, lima lainnya kembali setelah jatuh. Itu berarti tidak semua mampu bertahan dalam perubahan ekonomi.
Penampilan baik memang bukan segalanya. Lihat saja Li & Fung dari Hong Kong dan Infosys dari India. Keduanya mejeng di Asia’s Fab 50 setiap tahun, kecuali tahun ini. Itu bukan karena kinerjanya buruk, namun hanya karena tidak cukup baik. Sedangkan perusahaan olahraga Noble Group dari Hong Kong, berhasil mencatatkan eksistensi beruntun terpanjang, dalam enam tahun terakhir.
Terkait industri, perusahaan teknologi sekali lagi mendominasi daftar tahun ini dengan 8 perwakilan, turun dari 11 tahun lalu. Industri konsumen barang-barang tahan lama berada di posisi kedua, dengan 7 perusahaan, diikuti perusahaan makanan dengan 6 anggota. Untuk tahun kedua daftar Fab 50, tidak ada perwakilan dari industri minyak / gas.
Dalam daftar ini, Australia mengkontribusi tiga perusahaan, yakni perusahaan tambang Newcrest Mining, bisnis konglomerat Wesfarmers dan perusahaan konstruksi WorleyParsons.
Kemudian Thailand dan Indonesia masing-masing menyumbang dua perusahaan. Dari Thailand, perusahaan ritel CP ALL dan perusahaan farmasi PTT Chemical masuk dalam daftar. Sedangkan dari Indonesia, yang masuk kategori perusahaan terbaik adalah dari sektor tambang Adaro Energy dan sektor perbankan Bank Central Asia.
Adapun negara lainnya, seperti Singapura, Malaysia, Taiwan, Filipina dan Hong Kong masing-masing hanya mencatatkan satu perusahaan terbaik pada daftar Forbes.
Forbes memilih perusahaan-perusahaan ini dari 1073 perusahaan yang setidaknya memiliki pendapatan atau kapitalisasi pasar senilai US$$ 3 miliar. Mereka mencermati pertumbuhan lima tahun terakhir untuk pendapatan, laba usaha dan laba atas modal.
Kemudian kinerja dan pergerakan harga saham terkini serta prospeknya. Jika terlalu banyak utang, atau pemerintah setidaknya memiliki separuh saham, tidak akan dihitung. Hasilnya adalah perusahaan terbaik dari kawasan. [ast]
0 komentar:
Posting Komentar