INILAH.COM, London – Menua dan mati merupakan hal yang tak diinginkan orang. Namun, secara paradoks, menua membantu manusia ‘berevolusi’ untuk bertahan hidup. Bagaimana jika hidup abadi?
Berkat simulasi komputer pada dua populasi ‘bersaing,' ahli biologi evolusioner Andre Martins dari University if Sao Paolo, Brazil, ‘membuktikan,’ di beberapa kondisi, mati dan menua bisa menguntungkan untuk kepentingan keseluruhan spesies, bukan individu seperti dikutip Dailymail.
Menurut penulis How to Live Forever Bryan Appleyard, “Pola pikir saat ini, kematian tak berevolusi. Evolusi hanya terkait reproduksi”. Namun, simulasi Martin yang menggunakan titik dalam ‘lanskap’ kotak untuk mensimulasi dua peradaban ‘saingan,’ satu tak abadi dan satu abadi membuktikan, menua terbukti menguntungkan.
“Spesies yang menua bisa mendorong pesaing abadi menjadi punah,” ungkapnya. Jika manusia bisa abadi, manusia pada akhirnya akan musnah oleh spesies pesaing yang memiliki ‘manfaat’ menua dan mati. “Tampak jelas manfaatnya, spesies yang menua mampu beradaptasi lebih cepat dan adaptasibilitas ini mengkompensasi efek kematian,” paparnya.
Hal tersebut menjelaskan paradoks alasan manusia menua dan menggambarkan bagaimana manusia masih tak memahami semua konsekuensi perubahan dan kesempatan acak dalam sistem serumit dunia alami. Pada manusia sendiri, faktor perubahan teknis dan belajar sangat menentukan dibanding faktor mutasi dan kebugaran.
Berkat simulasi komputer pada dua populasi ‘bersaing,' ahli biologi evolusioner Andre Martins dari University if Sao Paolo, Brazil, ‘membuktikan,’ di beberapa kondisi, mati dan menua bisa menguntungkan untuk kepentingan keseluruhan spesies, bukan individu seperti dikutip Dailymail.
Menurut penulis How to Live Forever Bryan Appleyard, “Pola pikir saat ini, kematian tak berevolusi. Evolusi hanya terkait reproduksi”. Namun, simulasi Martin yang menggunakan titik dalam ‘lanskap’ kotak untuk mensimulasi dua peradaban ‘saingan,’ satu tak abadi dan satu abadi membuktikan, menua terbukti menguntungkan.
“Spesies yang menua bisa mendorong pesaing abadi menjadi punah,” ungkapnya. Jika manusia bisa abadi, manusia pada akhirnya akan musnah oleh spesies pesaing yang memiliki ‘manfaat’ menua dan mati. “Tampak jelas manfaatnya, spesies yang menua mampu beradaptasi lebih cepat dan adaptasibilitas ini mengkompensasi efek kematian,” paparnya.
Hal tersebut menjelaskan paradoks alasan manusia menua dan menggambarkan bagaimana manusia masih tak memahami semua konsekuensi perubahan dan kesempatan acak dalam sistem serumit dunia alami. Pada manusia sendiri, faktor perubahan teknis dan belajar sangat menentukan dibanding faktor mutasi dan kebugaran.
0 komentar:
Posting Komentar