NEW DELHI- Masyarakat sebuah distrik di negara bagian Uttar Pradesh, India, merasakan akibat tradisi memilih anak lelaki ketimbang anak perempuan. Dan lagi-lagi yang menjadi korban adalah kaum perempuan.
Praktik aborsi hanya gara-gara janin yang dikandung adalah perempuan mengakibatkan populasi perempuan di daerah itu tidak seimbang dengan populasi kaum lelaki. Hal ini berdampak pada sulitnya kaum lelaki mendapatkan istri.
Namun justru kaum perempuan yang menanggung derita dalam hal ini karena seorang suami berhak membagi istrinya dengan saudara-saudaranya yang belum menikah.
Salah satunya dialami Munni. Dia dipaksa melayani hasrat seksual dua saudara lelaki suaminya yang masih lajang. Tak hanya itu, Munni juga tidak bisa berdaya ketika dia hamil akibat hubungannya dengan lelaki yang bukan suaminya itu.
"Suami saya dan keluarganya mengatakan saya harus membagi diri untuk saudara suami saya," kata perempuan berusia sekitar 40 tahun itu.
"Mereka membawa saya semau mereka, siang ataupun malam. Kalau saya menolak, mereka akan memukuli saya dengan apapun yang bisa mereka raih," ujar Muni yang berhasil kabur dari rumah suaminya. Dengan alasan hendak ke dokter, Munni mendapat izin pergi.
"Tak jarang mereka melempar saya keluar rumah dan menyuruh saya tidur di situ. Atau mereka menyiram saya dengan minyak tanah," imbuhnya.
Kasus-kasus seperti itu jarang sekali sampai ke telinga kepolisian karena kaum perempuan di masyarakat itu jarang punya kesempatan keluar rumah tanpa ditemani.
Munni pun, yang memiliki tiga anak dari suami dan saudara-saudaranya, tidak melaporkan yang dialaminya itu pada polisi.
Menurut para pekerja sosial, praktik aborsi bayi perempuan di sejumlah wilayah di India telah menyebabkan penurunan jumlah perempuan di negara itu. Hal ini berdampak pada peningkatan kasus pemerkosaan, perdagangan manusia (human trafficking), dan praktik "berbagi suami".
"Kita sudah melihat dampak merosotnya jumlah perempuan di sejumlah masyarakat," kata Bhagyashri Dengle, direktur eksekutif lembaga bantuan anak Plan India.
"Kami harus menjadikan ini sebagai peringatan dan kami harus melakukan sesuatu, kalau tidak kami akan berada pada situasi di mana kaum perempuan terancam penculikan, pemerkosaan, dan hal yang buruk lainnya," imbuh Dengle.
Berdasarkan hasil sensus di India pada 2011, di antara 1.000 lelaki hanya terdapat 858 perempuan di distrik Baghpat. Tren ini juga terjadi di negara bagian Haryana, Punjab, Rajasthan, dan Gujarat.
Di setiap desa, setidaknya terdapat lima atau enam lajang yang tidak berhasil mendapat istri. Di distrik-distrik lain, terdapat tiga hingga empat pria lajang dalam satu keluarga. Ini menjadi masalah yang serius," kata Shri Chand, seorang pensiunan polisi.
"Praktik (berbagi istri) dilakukan diam-diam. Tidak ada yang mau mengakuinya secara terbuka, tetapi kami mengetahui yang sedang terjadi. Beberapa keluarga membeli pengantin perempuan dari wilayah lain, sementara di keluarga lainnya ada seorang menantu perempuan dengan banyak anak lelaki yang belum beristri," paparnya.
Ekploitasi perempuan seperti berbagi istri merupakan praktik ilegal di India. Namun banyak kejahatan serupa yang akhirnya "dimaklumi" di kalangan masyarakat yang tertutup karena biasanya para korban tidak berani mengungkap sementara tetangga mereka enggan ikut campur.
Praktik aborsi hanya gara-gara janin yang dikandung adalah perempuan mengakibatkan populasi perempuan di daerah itu tidak seimbang dengan populasi kaum lelaki. Hal ini berdampak pada sulitnya kaum lelaki mendapatkan istri.
Namun justru kaum perempuan yang menanggung derita dalam hal ini karena seorang suami berhak membagi istrinya dengan saudara-saudaranya yang belum menikah.
Salah satunya dialami Munni. Dia dipaksa melayani hasrat seksual dua saudara lelaki suaminya yang masih lajang. Tak hanya itu, Munni juga tidak bisa berdaya ketika dia hamil akibat hubungannya dengan lelaki yang bukan suaminya itu.
"Suami saya dan keluarganya mengatakan saya harus membagi diri untuk saudara suami saya," kata perempuan berusia sekitar 40 tahun itu.
"Mereka membawa saya semau mereka, siang ataupun malam. Kalau saya menolak, mereka akan memukuli saya dengan apapun yang bisa mereka raih," ujar Muni yang berhasil kabur dari rumah suaminya. Dengan alasan hendak ke dokter, Munni mendapat izin pergi.
"Tak jarang mereka melempar saya keluar rumah dan menyuruh saya tidur di situ. Atau mereka menyiram saya dengan minyak tanah," imbuhnya.
Kasus-kasus seperti itu jarang sekali sampai ke telinga kepolisian karena kaum perempuan di masyarakat itu jarang punya kesempatan keluar rumah tanpa ditemani.
Munni pun, yang memiliki tiga anak dari suami dan saudara-saudaranya, tidak melaporkan yang dialaminya itu pada polisi.
Menurut para pekerja sosial, praktik aborsi bayi perempuan di sejumlah wilayah di India telah menyebabkan penurunan jumlah perempuan di negara itu. Hal ini berdampak pada peningkatan kasus pemerkosaan, perdagangan manusia (human trafficking), dan praktik "berbagi suami".
"Kita sudah melihat dampak merosotnya jumlah perempuan di sejumlah masyarakat," kata Bhagyashri Dengle, direktur eksekutif lembaga bantuan anak Plan India.
"Kami harus menjadikan ini sebagai peringatan dan kami harus melakukan sesuatu, kalau tidak kami akan berada pada situasi di mana kaum perempuan terancam penculikan, pemerkosaan, dan hal yang buruk lainnya," imbuh Dengle.
Berdasarkan hasil sensus di India pada 2011, di antara 1.000 lelaki hanya terdapat 858 perempuan di distrik Baghpat. Tren ini juga terjadi di negara bagian Haryana, Punjab, Rajasthan, dan Gujarat.
Di setiap desa, setidaknya terdapat lima atau enam lajang yang tidak berhasil mendapat istri. Di distrik-distrik lain, terdapat tiga hingga empat pria lajang dalam satu keluarga. Ini menjadi masalah yang serius," kata Shri Chand, seorang pensiunan polisi.
"Praktik (berbagi istri) dilakukan diam-diam. Tidak ada yang mau mengakuinya secara terbuka, tetapi kami mengetahui yang sedang terjadi. Beberapa keluarga membeli pengantin perempuan dari wilayah lain, sementara di keluarga lainnya ada seorang menantu perempuan dengan banyak anak lelaki yang belum beristri," paparnya.
Ekploitasi perempuan seperti berbagi istri merupakan praktik ilegal di India. Namun banyak kejahatan serupa yang akhirnya "dimaklumi" di kalangan masyarakat yang tertutup karena biasanya para korban tidak berani mengungkap sementara tetangga mereka enggan ikut campur.
Sumber :
dailymail.co.uk
0 komentar:
Posting Komentar