Saat-saat Terakhir Hidup Khadafy



KEPALA keamanan pribadi mantan penguasa Libya, Moammar Khadafy, Mansour Dao, dalam wawancara khusus dengan televisi satelit, Alarabiya, Sabtu (22/10), menceritakan tentang saat-saat terakhir Khadafy sebelum ditangkap dan kemudian tewas di Sirte.
Dao mendampingi Khadafy hingga mantan penguasa Libya itu ditangkap. Khadafy, menurut kesaksian Dao, tidak dihinggapi rasa takut sama sekali pada saat-saat genting sebelum ditangkap dan ia tidak memimpin sendiri pertempuran melawan pasukan Dewan Transisi Nasional (NTC). Menurut Dao yang kini ditahan pasukan NTC, adalah Mutassim (putra Khadafy) yang memimpin pasukan loyalis Khadafy melawan pasukan NTC di Sirte.
Setelah jatuhnya kota Tripoli pada akhir Agustus, Dao lari ke Sirte dan di kota itu ternyata sudah ada Khadafy serta para pembantu dekatnya.
”Pada awal kedatangan Khadafy di kota Sirte akhir Agustus, penduduk kota menyambut hangat dan berjanji melindunginya. Namun, seiring semakin sengitnya pengepungan kota Sirte, penduduk kota itu mulai mencari keamanan sendiri-sendiri dan terjadi eksodus ke luar kota. Khadafy dan para pembantu dekatnya mulai terkucil dan terpojok,” ungkap Dao.
Khadafy dan para pembantu dekatnya, lanjut Dao, selalu berpindah dari rumah ke rumah di kota Sirte untuk menghindari kemungkinan terdeteksi oleh NATO.
”Hari demi hari, semakin buruk kondisi Khadafy dan para pembantu dekatnya,” lanjut Dao lagi yang ikut mendampingi Khadafy hingga saat ditangkap.
Pada saat kondisi keamanan kian tak terjamin, ungkap Dao, Khadafy memutuskan keluar dari distrik II menuju kawasan Jarif (sebelah barat kota Sirte).
”Terjadi kontak senjata sengit dengan pasukan NTC saat kami berusaha keluar dari distrik II menuju kawasan Jarif. Kami berhasil melewati barisan pertama pasukan NTC. Namun, kami terkepung lagi ketika akan melewati barisan kedua pasukan NTC. Pada saat itu, pesawat NATO menggempur konvoi kendaraan kami hingga banyak kendaraan yang hancur dan rusak. Kami yang selamat, termasuk Khadafy, memutuskan meninggalkan kendaraan dan mencari tempat persembunyian,” cerita Dao. Menurut dia, dalam rombongan Khadafy itu terdapat putranya, Mutassim, dan Menteri Pertahanan Libya Abu Bakar Yunis serta sejumlah pengawal. Mutassim dan Abu Bakar Yunis kemudian juga ditemukan tewas.
Adapun sopir pribadi Khadafy dalam rekaman video yang ditayangkan Alarabiya, Minggu (23/10), mengungkapkan, ada perintah untuk keluar dari distrik II di kota Sirte pada sekitar pukul 04.00 Kamis dini hari. ”Saya sebagai sopir hanya melaksanakan perintah. Rombongan Khadafy mulai keluar beberapa saat setelah keluar perintah tersebut. Namun, rombongan itu mengalami kesulitan menembus kepungan pasukan NTC,” ungkap sang sopir yang tak disebut namanya. Ia mengaku tidak tahu harus menuju ke tempat mana ketika harus keluar dari distrik II itu. Hanya beberapa saat setelah keluar dari distrik II, ungkap sang sopir itu, terjadi baku tembak sengit dengan pasukan NTC dan mereka merasa terkepung.
”Kami merasa tidak bisa berbuat apa-apa lagi setelah rombongan kendaraan kami digempur pasukan NATO dan banyak kendaraan yang rusak. Kami langsung keluar dari mobil, dan tak jauh dari tempat itu, kami melihat gorong-gorong saluran air. Kami secara spontanitas langsung sembunyi di gorong-gorong air itu. Namun, sama sekali di luar dugaan, anggota pasukan NTC ternyata memergoki kami dan kami pun terpaksa menyerahkan diri,” lanjut sang sopir itu.

Percakapan
Menit-menit menjelang kematian Khadafy begitu genting, penuh aksi kekerasan dan brutal, sebagaimana terdengar dalam sebuah rekaman video yang diambil lewat sebuah telepon genggam. Khadafy ditemukan hidup- hidup di luar kota Sirte, di sebuah gorong-gorong, tetapi wajahnya penuh darah. Salah seorang pejuang memaksa dia masuk ke sebuah mobil Toyota.
Khadafy terdengar mengatakan, ”Tuhan melarang hal ini.” Hal itu dia ucapkan berkali-kali. Khadafy meminta agar dia jangan ditembak mati.
”Ini Misrata, kamu dog (anjing),” kata seseorang yang membentaknya.
Khadafy menjawab, ”Apakah Anda paham soal sebuah sisi kebenaran di tengah perbuatan kesalahan.”
Pejuang NTC menjawab, ”Diam kamu.”
Setelah itu, diyakini Khadafy ditembak berkali-kali. Seorang wartawan Reuters melihat wajah Khadafy di bagian kiri bolong akibat tembakan peluru. Namun, posisi wajahnya di bagian kiri sengaja disembunyikan.
Ali Jaghdoun, pengendara ambulans yang membawa jenazah Khadafy ke Misrata, mengatakan, ”Khadafy sudah mati ketika dimasukkan ke mobil dan percuma dia diberikan pertolongan karena dia sudah wafat.”
Khadafy kemudian ditempatkan di sebuah lemari pendingin, sebuah aksi yang memperlihatkan rasa tidak hormat kepada mantan pemimpin Libya itu. Hal inilah yang memunculkan kritik dari aktivis HAM.

0 komentar: