Jakarta - Beberapa bulan yang lalu segenap umat muslim di Indonesia disibukkan dengan perubahan arah Kiblat yang merupakan arah salat untuk umat muslim di seluruh dunia. Seperti yang sudah kita ketahui bersama, umat Islam melaksanakan sholat dengan menghadap Kiblat-Ka'bah yang terletak di tengah Masjidil Haram di Mekkah. Bangunan ini adalah monumen suci bagi umat Islam dan merupakan bangunan yang dijadikan patokan arah Kiblat atau arah patokan untuk hal hal yang bersifat ibadah bagi umat Islam di seluruh dunia.
Banyak umat muslim di Indonesia yang berusaha mengubah arah masjid atau mushola guna mencocokkan dengan arah Ka'bah tersebut. Yang semula arah masjid ke arah Barat, diubah menjadi agak condong ke arah Utara sepanjang 5O. Atau yang tidak mau repot-repot mengubah bentuk fisik bangunan masjid, mereka berusaha mengubah arah sajadah dengan memiringkannya ke arah Utara.
Sehingga sering kita jumpai di banyak masjid atau mushola orang sholat dengan sajadah yang miring ke arah Utara dengan bentuk masjid tetap menghadap ke arah Barat. Begitu sangat pentingnya arah Ka'bah buat kaum muslim. Mengapa hal ini bisa terjadi? Tentu sangat masuk akal sekali terjadi perubahan arah Ka'bah karena bumi kita yang selalu bergerak secara aktif.
Alasan dasar yang menyebabkan perubahan posisi di muka bumi adalah konsep tektonik lempeng (Plate Tectonic). Konsep tektonik lempeng diperkenalkan sejak tahun 1912 oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman yang bernama Alfred Wegener dengan teorinya yang sangat terkenal Pengapungan Benua (Continental Drift). Dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans, Wegener mengatakan bahwa bumi dulunya berasal dari satu benua raksasa atau supercontinent yang diberi nama Pangaea yang berarti All-Lands atau All-Earth dan kemudian terpisah satu dengan yang lainnya. Pusat Pangaea ini adalah Afrika, sedangkan di sebelah Barat adalah Amerika Selatan, di BaratLaut ada Amerika Utara, di Utara dan TimurLaut ada Eropa, Asia dan Cina Utara, sedangkan di Tenggara dan Selatan ada India, Antartika dan Australia.
Di sebelah Timur ada lautan bernama Tethys, dan terakhir di sebelah timurnya Tethys, ada Cina Selatan. Sedangkan laut mahaluas yang mengelilingi Pangaea dinamakan Panthalassa. Kemudian Pangaea terpecah menjadi 2 daratan Laurasia di sebelah Utara dan Gondwana di sebelah Selatan. Inti dari tektonik lempeng adalah bahwa litosfer terdiri dari lempeng-lempeng tektonik yang mengambang di atas astenosfer yang serupa fluida (padatan viskoelastik).
Fluiditas relatif astenosfer memungkinkan lempeng-lempeng tektonik ini untuk mengalami pergerakan ke arah yang berbeda-beda karena adanya mekanisme arus konveksi. Pergerakan lempeng tersebut yang menyebabkan perubahan posisi di muka bumi antara satu tempat dengan yang lainnya.
Pergerakan lempeng relatif satu sama lain berbeda arah dan kecepatan. Saat ini ada sekitar 15 lempeng besar bumi, yaitu : Antartika, Australia, Eurasia, Amerika Utara, Amerika Selatan, Pasifik, India, Arabia, Afrika, Cocos, Filipina, Nazca, Karibia, Juan de Fuca dan Scotia. Sebagai contoh saat ini lempeng Arabia bergerak ke arah Utara, sedangkan lempeng Eurasia bergerak searah jarum jam. Hal ini yang menyebabkan terjadinya pergeseran posisi Ka'bah (yang berada di lempeng Arabia) relatif terhadap tempat lain disekitarnya (termasuk Indonesia yang berada di lempeng Eurasia).
Ada 2 cara untuk menentukan arah kiblat dari posisi kita berada. Cara yang pertama untuk menentukan arah kiblat dengan cukup presisi dapat dilakukan dengan merujuk pada koordinat Bujur/Lintang dari lokasi Ka'bah di Mekkah terhadap masing-masing titik lokasi orientasi dengan menggunakan perangkat GPS (Global Positioning System). Untuk keperluan tersebut dapat digunakan hasil pengukuran koordinat Ka'bah berikut sebagai referensi penentuan arah kiblat. Lokasi Ka'bah:
• 21°25‘21.2“ Lintang Utara
• 39°49‘34.1“ Bujur Timur
• Elevasi 304 meter (Di atas permukaan laut)
Adapun cara yang kedua cara sederhana dapat pula dilakukan untuk melakukan penyesuaian arah Kiblat. Pada saat-saat tertentu dua kali dalam satu tahun , matahari tepat berada di atas Mekkah (Ka'bah). Sehingga jika pengamat pada saat tersebut melihat ke arah matahari, dan menarik garis lurus dari matahari memotong ufuk atau horison tegak lurus, pengamat akan mendapatkan posisi tepat arah Kiblat tanpa harus melakukan perhitungan sama sekali, asal kita tahu kapan tepatnya matahari berada di atas Mekkah.
Bumi bergerak mengelilingi matahari (revolusi), dan juga berputar menurut porosnya (rotasi) terhadap sumbu bola bumi. Namun sumbu rotasi bumi itu tidak tegak lurus terhadap sumbu revolusi.
Karena kemiringan itu, wilayah yang diterangi matahari sepanjang tahun berbeda-beda. Selama setengah tahun, matahari lebih banyak menerangi wilayah utara ketimbang wilayah selatan, da setengah tahun berikutnya hal sebaliknya yang terjadi. Jika fenomena ini diamati sepanjang tahun dari bumi, maka terlihat seolah-olah matahari itu bergerak dari utara ke selatan selama setengah tahun, dan kemudian balik lagi bergerak dari selatan ke utara pada setengah tahun berikutnya. Matahari seolah-olah bergerak ke Utara sejauh 23,5 0 dan begitu juga sebaliknya bergerak ke Selatan sejauh 23,5 0.
Akibat pergerakkan semu matahari ini posisi matahari seolah-olah selalu berubah-ubah sepanjang tahun. Setengah tahun matahari berada di belahan bumi Utara 21 Maret – 23 September, dan setengah tahun berikutnya matahari berada di belahan bumi Selatan 23 September – 21 Maret. Akibat pergerakkan ini, posisi matahari akan tepat berada di atas kota Mekkah pada tanggal 28 Mei pukul 16:18 WIB (09:18 GMT) dan pada tanggal 16 Juli pukul 16:27 WIB (09:27 GMT) setiap tahunnya.
Sedangkan selang setengah tahun berikutnya posisi matahari akan tepat membelakangi Ka'bah yaitutepat pada tanggal 28 November pukul 21:09 WIB (04:09 GMT) dan pada tanggal 16 Januari pukul 21:29 WIB (04:29 GMT).
Dengan kita melihat posisi matahari tersebut, maka secara sederhana kita akan bisa menentukan arah Kiblat dari tempat kita berada secara tepat. Tunggu tanggal 28 Mei pukul 16:18 WIB atau 16 Juli pukul 16:27 WIB setiap tahunnya, maka arah tepat kita memandang matahari adalah arah Kiblat.
Selamat mencoba.
Eko Minarto
Kandidat Doktor, di Institute of Geophysics
Hamburg University, Germany